Bisa dibilang kita cukup beruntung bisa hidup di masa kini. Kita bisa menikmati hidup yang lebih mudah dengan bantuan alat dan teknologi yang canggih. Salah satunya adalah kecanggihan teknologi di bidang kesehatan.
Alat-alat kesehatan yang digunakan saat ini sebenarnya sudah dimodifikasi dari desain awalnya, saat pertama kali diciptakan. Memangnya seperti apa sih, desain alat-alat kesehatan itu di masa lalu? Simak beberapa contohnya berikut ini, ya!
1. Alat suntik
Syringe atau alat suntik pertama diciptakan di abad ke-1 Masehi. Kala itu, tabung syringe masih terbuat dari kaca dengan ujung yang tumpul. Syringe hanya berfungsi untuk mengoleskan krim obat ke permukaan kulit atau mengoleskan minyak dalam proses ritual.
Ide untuk menambahkan jarum di ujung syringe muncul dari seorang dokter Skotlandia bernama Alexander Wood. Pada tahun 1873, dokter Alexander berusaha mencari cara untuk menyuntikan obat pereda nyeri ke tubuh pasiennya. Dengan idenya, ia pun berhasil menciptakan syringe pertama yang bisa menyuntikan obat ke dalam tubuh.
Sayangnya, desain syringe yang tidak transparan membuat dokter sulit menghitung jumlah obat di dalamnya secara pasti. Akhirnya syringe pun mulai dibuat dari bahan plastik, yang lebih transparan dan ringan ketika digunakan.
2. Stetoskop
Stetoskop yang dipakai dokter kini sangat jauh berbeda dibandingkan saat pertama kali dibuat. Dilansir dari laman Past Medical History, stetoskop pertama diciptakan oleh dokter Rene Laennec di tahun 1816.
Ceritanya, Laennec sedang memeriksa seorang wanita yang diduga memiliki penyakit jantung. Ia merasa malu jika harus lakukan pemeriksaan jantung secara langsung. Untuk mengatasinya, ia menggulung beberapa helai kertas menjadi berbentuk tabung, menempelkannya di dada pasien dan mendengarkan detak jantungnya dari ujung kertas.
Ternyata ia bisa mendengar detak jantung yang bergema dari dalam gulungan kertas. Dari kejadian itu, Laennec pun mendesain stetoskop pertama, yang berbahan kayu. Menjelang abad ke-19, stetoskop mulai dilengkapi berbagai fitur. Misalnya ditambah membran diafragma, yang akan memperbesar suara detak jantung saat didengar dari stetoskop.
3. Sfigmomanometer
Sfigmomanometer adalah sebutan untuk alat pengukur tekanan darah. Saat pertama diciptakan oleh Samuel Siegfried von Basch pada tahun 1881, sfigmomanometer hanya berupa bola karet berisi air yang tersambung ke jarum penunjuk.
Bola karet diikat melingkari lengan pasien dan dipompa sampai nadi pasien tidak teraba. Lalu tensi pasien dapat diamati dari jarum penunjuk. Meski praktis, hasil pengukuran tekanan darah dari alat Von Basch ini masih kurang akurat.
Dilansir dari jurnal Blackwell Publishing tahun 2006, Scipione Riva-Rocci, seorang dokter spesialis penyakit dalam asal Italia, berusaha membuat terobosan baru dari buatan Von Basch. Ia tidak hanya mengukur tensi semata dari jarum penunjuk pada alat, melainkan juga melihat pola riak permukaan air raksa dari alat ukurnya. Prinsip dasar ini pun masih dipakai sebagai dasar untuk mengukur tekanan darah hingga saat ini.
4. Termometer
Jauh di tahun 1596, Galileo Galilei pernah membuat alat penunjuk suhu sederhana yang disebut termoskop. Alat tersebut terdiri atas wadah berisi satu bohlam dan satu jenis cairan. Bohlam dalam wadah akan bergerak naik atau turun mengikuti suhu di sekitarnya.
Termoskop Galileo memang bisa mendeteksi adanya perubahan suhu, tapi tidak bisa menunjukannya dalam bentuk angka. Maka dari itu, ilmuwan bernama Santorio Santorio di tahun 1612 menambahkan skala ukur ke dalam termoskop. Alat ukur suhu hasil modifikasi dari Santorio inilah yang disebut sebagai termometer pertama di dunia.
Kedua termometer pendahulu di atas memiliki tingkat akurasi yang rendah. Namun kekurangan ini tertutupi setelah ditemukan termometer alkohol serta termometer air raksa di tahun 1700-an. Kedua termometer ini masih digunakan hingga sekarang.
5. Kateter urin
Kateter adalah sebutan untuk selang karet yang membantu orang-orang dengan gangguan berkemih. Tercatat dalam studi literatur yang diterbitkan Journal of Medical Engineering & Technology, kateter pertama kali dilaporkan sejak tahun 1500 sebelum Masehi. Kala itu, selang kateter masih terbuat dari bahan-bahan alam seperti jerami dan daun palma.
Sekitar abad ke-11 Masehi, kateter banyak dibuat dari besi perak, karena dianggap mudah dibentuk dan lebih steril dibanding bahan dari alam. Tapi ketika dicobakan, banyak penggunanya yang mengeluhkan sakit karena bahannya dianggap terlalu keras.
Jadi sekitar tahun 1850, Auguste Nétalon mulai mendesain kateter dari bahan yang lebih lunak, yakni karet. Desain Nétalon ini semakin disempurnakan dan akhirnya berhasil diperkenalkan ke publik oleh seorang urolog bernama Frederic E.B. Foley. Desain kateter Foley pun masih dipakai di dunia kesehatan hingga saat ini.
Kisah-kisah yang menarik, bukan? Berkat jerih payah para ilmuwan di masa lampau, sekarang kita bisa menikmati produk alat medis yang terbilang canggih ini.