Sosialisasi pembuatan pupuk organik secara mandiri terus dilakukan. Apabila petani sudah terbiasa membuat pupuk organik, maka secara perlahan ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi.
“Aplikasi pupuk kimia di lahan pertanian ternyata menyisakan banyak dampak negatif. Lahan pertanian berkurang kesuburannya seiring dengan matinya organisme penyubur tanah sebab penggunaan bahan kimia yang kurang terkontrol” ujar Kepala Bidang Penyuluhan, Dinas Pertanian (Distan), Kabupaten Lampung Utara, I Made Wirata, di ruang kerjanya beberapa hari lalu.
Meski demikian, diakuinya, upaya untuk mengubah pola pikir petani masih cukup sulit. Sebab, saat ini ketergantungan petani terhadap pupuk pabrik cukup tinggi dan pertanian organik masih belum begitu populer di kalangan petani kebanyakan.
“Untuk sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik. Seperti, pembuatan Biosaka maupun pembuatan agensi hayati lainnya, terus disebarkan penyuluh ke petani maupun kelompok tani yang tersebar di 23 kecamatan se-Lampura. kata dia.
Baginya, dengan penggunaan pupuk organik maka mata rantai ketergantungan pupuk kimia dapat di putus.
“Selain hemat modal, pertanian organik menjadi jawaban bagi petani untuk meningkatkan kemandirian sehingga, posisi tawar petani akan semakin kuat” tuturnya menambahkan.
Dengan pertimbangan itulah, pihaknya terus berupaya menyebarkan penerapan pertanian organik ke komunitas petani di Lampung Utara.
“Penggunaan pupuk organik yang telah dipraktekkan nenek moyang kita, mesti dihidupkan kembali dan itu, mesti menjadi dasar pengembangan pertanian ke depan dan konsep itu, terbukti, telah memenuhi kebutuhan pangan lintas generasi secara berkelanjutan selama ratusan tahun” kata dimenambahkan.
Terpisah, kawan imajiner menuturkan,
petani yang berpengetahuan, akan menerima inovasi dan mandiri dalam pengelolaan pertanian. Dan, itu menjadikan pertanian semakin baik ke depan. Dengan kemandirian petani, muara akhirnya dapat mendukung kemandirian pangan bangsa Indonesia. YUD