LAMPUNG UTARA (berita-indonesia. cok) : Berabad-abad, nenek moyang bangsa Indonesia menggunakan pupuk organik di lahan pertanian. Dari hasil lahan itulah, sumber bahan pangan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga tercukupi.
Penggunaan pupuk organik yang bersumber dari kerkas daun maupun kotoran hewan selama ratusan tahun itu menjadikan pertanian organik sebagai bagian dari kearifan lokal atau sistem nilai sosial masyarakat.
Dan, itu telah membentuk sistem kepercayaan yang mengakar dengan penghormatan kepada sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan dari Sang Yang Hidup sebagai menjaga alam.
Sistem pertanian organik bukan sebatas menanam tanaman yang mesti selaras dengan alam. Tapi, metode pertanian itu telah membentuk sistem religi yang membangun pengetahuan lokal yang dapat diurai pengajarannya bagi generasi selanjutnya secara filosofis maupun secara pragmatisme.
Baginya, penggunaan pupuk organik di bidang pertanian yang telah dipraktekkan nenek moyang. Terbukti selama berabad-abad mampu membangun ketahanan pangan lintas generasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta tidak membahayakan makhluk yang menggantungkan hidup dari alam.
“Setelah pupuk kimia diperkenalkan dipertanian, penggunaan yang dilakukan dalam jangka panjang serta tidak terkontrol dan itu telah merusak struktur tanah. Selain menjadi keras serta gersang, kadar asam pada tanah lebih tinggi dan dampaknya, akan mematikan bakteri pengurai atau mikroorganisme dalam tanah” ujar Sirajudin Taha, Penyuluh Pertanian, Dinas Pertanian, Kecamatan Sungkai Selatan, Lampung Utara, beberapa waktu lalu.
Karena dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, Kementerian Pertanian, terus menggaungkan agar petani kembali menggunakan pupuk organik di lahan pertanian mereka.
Hanya saja, pelaksanaan himbauan “back to noture” atau kembali ke alam tersebut, tidak semudah membalik telapak tangan.
“Perlu penyadaran dan perubahan pola pikir pada petani dalam pelaksanaannya. Sebab, banyak faktor penghambat di awal,. Seperti: produktifitas hasil panen yang dimungkinkan akan mengalami penurunan, harga produk yang tidak sesuai dan faktor lainnya,” kata dia.
Akhirnya, kembali ke petani agar lebih bijaksana dalam penggunaan pupuk kimia.
“Daya serap tanaman untuk pupuk kimia hanya 5 persen saja, sisanya akan terendap ke dalam tanah” kata dia.
Maka, untuk membangun sektor pertanian yang berjalan selaras dengan alam dibutuhkan kepedulian dan langkah bersama demi mewujudkan “petani maju, mandiri dan modern”.
Lalu, pertanyaannya apakah kita siap untuk mendukung pengembangan pertanian organik dapat maju dan berkembang.