Istanbul — Dalam dinamika politik Timur Tengah yang terus bergolak, laporan Channel 12 Israel menyebutkan bahwa pemerintah Israel berencana menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 24 jam. Penarikan ini diyakini bukan sekadar keputusan militer, melainkan hasil dari tekanan diplomatik internasional yang semakin kuat terhadap kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menurut laporan yang dikutip dari Anadolu dan Antara, pasukan Israel akan mundur dari Rafah dan Khan Yunis di selatan Gaza serta beberapa titik di wilayah utara, menuju perbatasan yang ditetapkan dalam rencana “zona kuning” yang disusun berdasarkan kerangka perdamaian yang diusulkan Amerika Serikat.
Bacajuga:
Sumber-sumber diplomatik menyebutkan, langkah ini merupakan bagian dari kesepakatan tahap awal gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, dengan mediasi Mesir, Turki, dan Qatar. Perundingan berlangsung di Sharm el-Sheikh dan disebut sebagai hasil kompromi antara tekanan Washington dan desakan PBB agar Tel Aviv mengakhiri operasi militer yang telah menuai kecaman luas.
Pengamat politik Timur Tengah menilai, penarikan pasukan ini bisa menandai perubahan arah strategi Israel—dari kebijakan militer ofensif menuju pendekatan politik defensif. Langkah tersebut juga diartikan sebagai usaha Netanyahu menenangkan tekanan internal dari oposisi dan kelompok hak asasi manusia di Israel sendiri, yang menuntut evaluasi kebijakan Gaza setelah korban sipil meningkat drastis.
Data terakhir menunjukkan lebih dari 67.000 warga Palestina meninggal dunia sejak agresi dimulai pada Oktober 2023, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan. Di sisi lain, citra Israel di mata internasional terus menurun, bahkan beberapa negara Eropa mulai meninjau ulang kerja sama militer dan dagang mereka.
Meski begitu, sebagian analis menilai penarikan pasukan tidak serta-merta berarti berakhirnya konflik, karena status pemerintahan Gaza pascaperang masih belum jelas. Jika tidak diikuti dengan rekonsiliasi politik yang menyeluruh, langkah ini bisa saja hanya menjadi “jeda taktis” sebelum konflik baru pecah.
Dengan keputusan ini, dunia menunggu: apakah Israel benar-benar akan berubah arah menuju solusi politik, atau sekadar mengatur ulang posisi untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan.
#PolitikGlobal, #IsraelGaza, #DiplomasiTimurTengah, #BeritaInternasional, #GencatanSenjata, #binews #BeritaIndonesia, #AnalisaPolitik, #Netanyahu, #Hamas