Demak (BI) :
Sejarah penyebaran agama Islam di pulau Jawa, tidak lepas dari keberadaan Masjid Agung Demak yang di bangun masa raden patah di abad ke-15.
Menurut cerita, masjid itu, menjadi salah satu tempat berkumpul wali songo. Sehingga, kota Demak mendapat julukan sebagai kota wali.
Bagi yang ingin berkunjung, alamatnya terletak di Jalan Sultan Fattah No.57 Kampung Kauman RT 01 RW 01 Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak Provinsi Jawa tengah dan tidak jauh dari alun-alun Kabupaten Demak.
Masjid Agung Demak terbuka 24 jam, dan hampir setiap hari ramai dikunjungi masyarakat baik untuk beribadah, berziarah, maupun sekadar berkunjung saja.
Di lokasi masjid, memiliki museum khusus yang didirikan sebagai sumber Ilmu pengetahuan terkait Sejarah Masjid Agung Demak.
Di areal kompleks masjid, dimakamkan Raja-raja Demak, yakni: makam Sultan Demak II (Raden Pati Unus), Sultan Demak III (Raden Trenggono), dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Patah, Adipati Terung (Raden Husain).
Selain makam para sultan, di sini juga ada makam para pangeran dan istri, Putri Champa hingga Syekh Maulana Maghribi.
Sehingga, para pengunjung yang datang juga menyempatkan diri untuk berziarah ke makam tersebut.
Bentuk bangunan masjid yang di bangun Raden Patah beserta para wali, gambaran laksana bulus yang merupakan candra sengkala memet bermakna sirno ilang kerthaning bumi.
Jika dilihat dari sudut pandang filosofis bulus memberikan gambaran mengenai waktu atau tahun didirikannya Masjid Agung Demak. yakni: 1401 Saka. Bulus terdiri dari kepala bermakna 1, memiliki empat kaki bermakna 4, badan bulus berbentuk bulat dimaknai 0, dan ekornya bermakna 1.
Selain itu juga ditemukan berbagai macam ornamen berbentuk bulus di dinding masjid. Hal itu membuktikan bahwa hewan bulus memang dijadikan sebagai simbol Masjid Agung Demak.
Sementara dari segi arsitektur bangunan, Masjid Agung Demak menyimbolkan arsitektur bangunan bergaya tradisional
namun bangunan masjid mampu memberikan kesan mewah, megah, indah, anggun, dan berkarismatik.
Bentuk atas masjid bersusun tiga berbentuk limas merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.
Sedangkan empat tiang utama di masjid yang akrab disebut dengan saka atau tatal dibuat secara langsung oleh para wali songo.
Lalu di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Ampel, dan sebelah timur laut oleh Sunan Kalijaga.
Terakhir bagian pintu masjid atau biasa disebut dengan nama Bledeg diyakini mampu menahan petir.
Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo bertuliskan Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.
Dan, itulah sejarah singkat Masjid Agung Demak beserta keunikannya. semoga dapat menambah pustaka wawasan bagi pengunjung.YUD