SURABAYA (BI) :
Tersebarnya agama Islam di Nusantara, tidak lepas dari peran wali songo. Salah satunya Sunan Ampel yang dijuluki sebagai Bapak Para Wali. Julukan tersebut disematkan sebab anak-anak Sunah Ampel, yakni: Sunan Bonang dan Sunan Drajat, serta menantunya, yaitu: Sunan Giri turut mengikuti jejaknya dalam berjuang di jalur berdakwah.
Makam Sunan Ampel terletak di sebelah kanan kompleks Masjid Jami Ampel Denta, alamatnya di Jalan Petukangan I, Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Merujuk sejarah, Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden Mohammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat.
Sunan Ampel anak dari Maulana Malik Ibrahim yang dikenal sebagai Sunan Gresik dan Ibunya, merupakan putri Raja Champa, yang bernama Dewi Chandrawulan.
Beliau terkenal menggunakan cara damai dan jauh dari kekerasan saat berdakwah dan menjadi pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur yang didirikan di Ampel Denta, Surabaya.
Ajarannya, Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah “Moh Limo”, yang meliputi Moh Main (tidak mau berjudi), Moh Ngombe (tidak mau mabuk), Moh Maling (tidak mau mencuri), Moh Madat (tidak mau menghisap candu), dan Moh Madon (tidak mau berzina).
Pintu masuk menuju kompleks makam Sunan Ampel, pengunjung harus melintasi pintu gerbang besar yang bergaya Eropa. Didepannya, terdapat gapura yang pada bagian atasnya memiliki hiasan berupa motif bunga dan suluran. Pada dinding gapura sisi belakang terdapat hiasan medali dan bintang segi delapan. Kompleks makam ini dilindungi oleh tembok keliling tebalnya dan kuat tetapi tanpa atap,
Makam Sunan Ampel yang tergolong sederhana berada terpisah dari makam lainnya dengan pembatas pagar teralis dari besi.
Di arah bagian selatan terdapat pintu yang dapat dibuka tutup dan dilengkapi dengan kunci gembok. Jiratnya makam Sunan Ampel dibuat bersusun 4 tingkat dengan nisan bagian atas berbentuk seperti daun teratai.
Merujuk literatur, selain Sunan Ampel, Ada beberapa kelompok makam yang ada di kompleks pemakaman itu. Yakni: kelompok makam Sunan Ampel, kelompok makam Mbah Sonhaji dan para syuhada 1974, kelompok makam Mbah Soleh, kelompok makam Mbah Abdurrahman, kelompok makam para Bupati dan Angkatan 45, kelompok makam lama yang tak dikenal, dan ruang juru kunci.
Untuk sejarah singkat, Masjid Sunan Ampel didirikan oleh Sunan Ampel sekitar 1421 Masehi.
Dalam pendirian, Sunan Ampel dibantu dua sahabatnya, yaitu: Mbah Soleh dan Mbah Bolong (Mbah Sonhaji), serta para santrinya.
Untuk makam Mbah Soleh cukup unik karena makamnya terdiri dari sembilan nisan.
Dilansir dari laman nu.or.id, merujuk hikayat, hal ini bermula dari kesedihan Sunan Ampel yang merasa kehilangan murid kesayangannya, yaitu: Mbah Soleh pasca kematiannya.
Konon saat itu ketika Sunan Ampel berandai-andai murid kesayangannya masih hidup, Mbah Soleh pun kemudian terlihat hidup kembali dan kejadian itu berulang hingga delapan kali, sehingga Mbah Soleh pun mempunyai makam berjumlah sembilan.
Baru setelah Sunan Ampel wafat, Mbah Soleh kemudian tidak hidup kembali.
Sedangkan Mbah Sonhaji atau Mbah Bolong memiliki kisah berbeda, yang terkait dengan penentuan arah kiblat pada awal berdirinya Masjid Ampel.
Dilansir dari Kompas.TV, setelah Masjid Ampel berdiri, muncul permasalahan tentang penentuan arah kiblat, di mana saat itu belum ada teknologi yang memadai seperti saat ini.
Mbah Sonhaji kemudian melubangi tembok masjid sampai berlubang dengan tangannya, dan pada ujung lubang tersebut kemudian tampaklah Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah. Saati itu, orang-orang juga bisa melihatnya secara langsung dengan mata telanjang.
Begitulah sekelumit kisah Makam Sunah Ampel, semoga menambah wawasan bagi warganet, wasalam. YUD