Bandar Lampung – Sejumlah tokoh adat masyarakat Lampung menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap mahasiswa dan masyarakat dalam berbagai aksi unjuk rasa di tanah air.
Dalam pernyataan sikapnya, para tokoh adat ini turut menyampaikan duka cita yang mendalam kepada para korban serta menegaskan dukungan terhadap aksi mahasiswa dan masyarakat yang menyuarakan aspirasi.
“Kami mengecam keras segala bentuk kekerasan terhadap rakyat. Aspirasi harus didengar, bukan dibungkam dengan kekerasan. Lampung harus tetap menjadi daerah yang damai dan kondusif,” ujar H. Herman Artha, Suttan Kuasa Marga.ketua federasi mego pak Tulang Bawang
Hal senada disampaikan Ivin Aidiyan Firnandes, gelar Faksi Marga sekaligus Ketua Persekutuan Pemuda Adat Lampung (PPAL). Ia menekankan pentingnya menjaga semangat perjuangan mahasiswa dengan cara damai.
“Kami berdiri bersama mahasiswa. Perjuangan mereka adalah perjuangan rakyat. Tapi, kami mengingatkan, unjuk rasa harus tetap tertib dan damai agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang ingin memecah belah Lampung,” tegasnya.
Tokoh adat lainnya, Ferika Okwa Romanto bergelar Suttan Panglima Jaya Muda, menambahkan bahwa persatuan masyarakat Lampung menjadi kunci agar daerah ini tidak terjebak pada konflik seperti yang terjadi di sejumlah daerah lain.
Sementara itu, Muhamad Yanuarsyah, Suttan Junjungan Sakti ke-27 Faksi Buay Belunguh, menegaskan komitmen adat dalam menjaga keharmonisan daerah. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Suttan Piekulun Jayadiningrat dari Buay Nyerupa, serta Suttan Kusuma 4 Sekala Berak Buay Bejalan di Way, yang sama-sama menekankan pentingnya persatuan dan kedamaian Lampung.
“Lampung ini tanah kita bersama. Jangan kotori dengan kekerasan. Mari kita jaga Lampung tetap damai, sejuk, dan bersatu,” ungkap mereka dalam pernyataan bersama.
Para tokoh adat tersebut berharap agar aparat kepolisian mengedepankan sikap humanis, sementara masyarakat dan mahasiswa tetap menjaga etika dalam menyampaikan pendapat di muka