Oleh: Yudi Irawan
Ketua Relawan MACAM Lampung
Redaksi: Berita-Indonesia.com
Kebijakan Rasional di Tengah Krisis Anggaran
Krisis fiskal kembali membayangi sejumlah pemerintah daerah menjelang tahun anggaran 2026. Penurunan transfer dana pusat dan ketidakseimbangan antara pendapatan dan belanja menyebabkan banyak daerah mengalami tekanan kas.
Dalam situasi tersebut, kebijakan pemotongan Tunjangan Penghasilan Pegawai (TPP) menjadi salah satu langkah rasional untuk menjaga stabilitas keuangan daerah tanpa mengganggu layanan publik. Meski tidak populer, kebijakan ini terbukti efektif menekan defisit dan mempertahankan keberlanjutan fiskal.
—
Latar Belakang Defisit
Defisit anggaran daerah muncul ketika belanja publik melampaui kemampuan pendapatan daerah. Faktor utama penyebabnya adalah penurunan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan realisasi PAD yang tak sesuai target.
Sebagai ilustrasi, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami defisit sekitar Rp70 miliar pada tahun 2025. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah provinsi melakukan efisiensi perjalanan dinas dan pemangkasan TPP ASN. Langkah tersebut terbukti ampuh menjaga keseimbangan fiskal tanpa mengorbankan program prioritas masyarakat.
—
Langkah Teknis Pelaksanaan
1. Evaluasi Komposisi Belanja Pegawai
Pemerintah daerah menganalisis struktur belanja dan memastikan porsi belanja pegawai tidak mendominasi APBD.
2. Penyesuaian Proporsional TPP Berdasarkan Kinerja
Pemotongan dilakukan secara terukur dengan mempertimbangkan capaian kinerja masing-masing OPD agar tetap adil dan berorientasi hasil.
3. Persetujuan Politik dan Regulasi
TAPD bersama DPRD menetapkan perubahan APBD atau Perkada agar pemotongan memiliki dasar hukum yang kuat.
4. Transparansi dan Komunikasi ASN
ASN diberi pemahaman bahwa kebijakan ini bersifat sementara dan bertujuan menjaga keberlangsungan keuangan daerah.
—
Efek Positif Pemotongan TPP
Kebijakan ini memberikan dampak positif yang nyata:
Menekan defisit hingga 25–30% dalam satu tahun anggaran.
Menjaga likuiditas daerah agar tidak terjadi keterlambatan pembayaran belanja wajib.
Meningkatkan efisiensi dan mendorong budaya kerja berbasis kinerja.
Selain itu, pemangkasan TPP menjadi sinyal komitmen pemerintah daerah terhadap efisiensi anggaran dan disiplin fiskal.
—
Contoh Implementasi di Lapangan
Provinsi Bangka Belitung menjadi contoh keberhasilan implementasi kebijakan ini. Melalui koordinasi TAPD, pemerintah provinsi memangkas perjalanan dinas dan TPP ASN secara bertahap, sekaligus mempercepat optimalisasi PAD sektor tambang dan kelautan.
Hasilnya, defisit dapat ditekan secara signifikan tanpa mengganggu program sosial dan layanan publik utama.
—
Langkah Jangka Panjang
Meski efektif jangka pendek, pemotongan TPP perlu diikuti reformasi struktural:
Optimalisasi PAD berbasis digitalisasi pajak daerah.
Peningkatan efisiensi program kerja OPD dan evaluasi output belanja.
Penguatan BUMD dan aset daerah sebagai sumber pendapatan baru.
Kemitraan dengan sektor swasta dalam bentuk Public Private Partnership (PPP).
—
Kesimpulan
Pemotongan TPP adalah kebijakan yang rasional, terukur, dan berani dalam menghadapi krisis keuangan daerah. Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dan memastikan keberlanjutan program publik.
Seperti dikatakan oleh pengamat kebijakan daerah, kebijakan yang tidak populer seringkali justru menjadi jalan penyelamat keuangan daerah di masa krisis.
#DefisitDaerah2026, #FiskalSehat, #ReformasiAnggaran, #EfisiensiTPP, #BeritaIndonesia, #MACAMLampung, #YudiIrawan,

















