Kuasa Menjadi Lupa
Oleh: Suttan Semenjak Kuaso
Di negeri yang gemar bercerita, kekuasaan selalu menjadi kisah tanpa akhir.
Wajah para penguasa berganti, namun naskahnya tetap sama: datang dengan janji, pergi dengan alasan.
Dan di antara keduanya, tumbuh satu penyakit lama yang tak pernah sembuh — lupa.
Kekuasaan sering kali membuat manusia kehilangan arah moralnya.
Semakin tinggi kursi yang diduduki, semakin kabur pandangan ke bawah.
Dalam euforia jabatan, penguasa mudah terjebak dalam keyakinan bahwa rakyat akan selalu tunduk, dan waktu akan selalu berpihak.
Padahal sejarah sudah berkali-kali memberi pelajaran:
kekuasaan tanpa kesadaran, hanya akan berakhir dalam kehinaan.
Bisu dan Tuli di Panggung Kekuasaan
Ketika kuasa menjadi lupa, lahirlah kebisuan baru.
Bisu terhadap penderitaan rakyat.
Bisu terhadap kritik yang jujur.
Bisu terhadap suara hati.
Lalu datang pula ketulian: tuli terhadap jerit petani yang kehilangan tanah,
terhadap buruh yang kehilangan upah,
terhadap rakyat kecil yang kehilangan harapan.
Negeri ini pun berubah menjadi panggung besar tempat kuasa dipertontonkan, bukan dipertanggungjawabkan.
Pembangunan dijadikan slogan, bukan kesejahteraan.
Jabatan dijadikan kebanggaan, bukan pelayanan.
—
Derita yang Menjadi Biasa
Kebijakan yang seharusnya lahir dari nurani kini justru melahirkan luka.
Dan yang lebih menyedihkan, luka itu perlahan dianggap biasa.
Seolah-olah penderitaan rakyat adalah harga wajar dari kekuasaan yang dijalankan tanpa empati.
Kita hidup di zaman ketika kebenaran bisa dibungkam dengan jabatan,
dan kritik bisa dimatikan dengan undang-undang.
Kuasa yang lupa menjadi bahaya — bukan hanya bagi rakyat, tapi juga bagi bangsa yang kehilangan arah.
—
Rakyat Tak Pernah Lupa
Namun sejarah selalu punya cara untuk menulis ulang kisahnya.
Rakyat mungkin diam, tapi tidak lupa.
Dan waktu, dengan kesabarannya yang panjang, akan selalu menyediakan ruang bagi kejatuhan mereka yang melupakan asalnya.
Sebab yang paling berbahaya dari kekuasaan bukanlah korupsi atau intrik,
melainkan lupa —
lupa bahwa kekuasaan itu fana,
dan rakyatlah yang abadi.
Jakarta 4 oktober 2025
Suttan Semenjak Kuaso
Penulis dan pengamat sosial-politik
#KuasaMenjadiLupa, #OpiniPolitik, #SuaraRakyat, #KritikMembangun, #PenguasaLupa, #RakyatTakPernahLupa, #PolitikIndonesia, #OpiniHariIni, #BeritaIndonesia

















