Pertempuran berdarah di Rio: 132 Orang
RIO DE JANEIRO – mengutip laman Al-Jazeera,Sebuah operasi kepolisian berskala besar yang digelar di favela-favela di belahan utara kota Rio de Janeiro, Brasil, telah menjadi yang paling mematikan dalam sejarah negara itu, dengan minimal 132 orang tewas.
Operasi yang digelar pada pagi dini hari 28 Oktober 2025 tersebut menargetkan jaringan narkoba utama, Comando Vermelho, di kompleks favela Complexo da Penha dan Complexo do Alemão. Setidaknya 2.500 personel polisi dan militer dikerahkan, dengan penggunaan helikopter, kendaraan lapis baja, dan drone dalam operasi yang direncanakan berbulan‐bulan sebelumnya.
Menurut laporan resmi polisi negara bagian Rio, jumlah korban tewas awal disebut 119 orang, termasuk 4 anggota kepolisian. Namun, lembaga bantuan hukum publik negara bagian (public defender’s office) menyebut angka sesungguhnya mencapai 132 orang.
Warga setempat menggambarkan pemandangan yang mengerikan: puluhan mayat berserakan di tepi jalan dan di areal terbuka setelah baku tembak sengit. Beberapa keluarga korban bahkan melaporkan adanya tanda‐tanda eksekusi lapangan, seperti luka tembak di bagian belakang kepala dan tubuh diikat.
Presiden Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan dirinya “terkejut” dengan skala operasi dan menekankan bahwa pemberantasan kejahatan terorganisasi tidak boleh mengabaikan hak warga sipil. Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam dan mendesak penyelidikan penuh atas penggunaan kekuatan dalam operasi tersebut, agar sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional.
Operasi ini terjadi menjelang sejumlah agenda besar internasional yang akan berlangsung di Brasil, termasuk COP30 yang akan digelar di negara itu. Beberapa pihak mempertanyakan apakah skala penggunaan kekuatan oleh polisi berhubungan dengan persiapan menyambut acara global tersebut—meski pejabat setempat membantah adanya kaitan langsung.
Motif operasi, menurut polisi, adalah memutus ekspansi ke wilayah kumuh dari Comando Vermelho, yang diketahui menguasai sejumlah favelas dan terlibat dalam narkoba, senjata, dan bisnis pemerasan. Namun, kritikus hak asasi manusia menganggap bahwa tindakan itu telah melampaui batas penegakan hukum, dan menuntut agar negara bagian mempublikasikan nama korban, memeriksa apakah ada eksekusi di luar proses hukum, dan menghadirkan pertanggungjawaban.
#Brasil, #RioDeJaneiro, #OperasiPolisi, #ComandoVermelho, #HumanRights, #PBB, #Favela, #Kriminalitas, #BeritaInternasional, #RedaksiBeritaIndonesia

















