Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dipimpin oleh Bapak Sandiaga Uno dalam beberapa tahun terakhir ini aktif mengembangkan industri kreatif lokal, salah satu diantaranya adalah kuliner. Pengembangan ini diadakan di beberapa kota di Indonesia, termasuk kota Medan yang dianggap memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu yang dianggap layak adalah kuliner khas daerah atau lokal yang memiliki potensi dapat diterima pasar luar daerah tersebut, bahkan sampai ke luar negeri. Tentunya dengan tidak meninggalkan ciri khas kelokalannya atau dapat disebut kearifan lokal.
Dalam berbagai kesempatan acara Kabupaten/Kota Kreatif itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno selalu berupaya agar kuliner lokal termasuk yang dikembangkan. Hal ini juga disampaikan beliau ketika berada di kota Medan tahun ini. Beliau meminta sektor kuliner lokal di Medan, Sumatera Utara dapat berinovasi mengikuti perkembangan zaman. “Sektor kuliner lokal menjadi andalan untuk kota Medan, tapi tentunya walaupun sudah terkenal masih perlu peningkatan atau inovasi agar kuliner Medan menjadi yang terdepan,” kata Sandiaga Uno.
Hal ini sejalan dengan cita-cita Walikota Medan untuk menjadikan kota Medan sebagai The Kitchen of Asia di Kesawan City Walk. Dimana diharapkan nantinya berbagai kuliner khas kota Medan dapat tampil dengan ciri khusus masing-masing yang bersumber dari berbagai sub etnik yang ada di kota Medan. Seperti kopi yang berasal dari beberapa daerah di propinsi Sumatera Utara, seperti kabupaten Dairi (kopi Sidikalang), kabupaten Tapanuli Selatan (kopi Sipirok), kabupaten Karo, dll. Belum termasuk makanannya seperti sate kerang, berbagai varietas durian, mie rebus khas Medan, soto Medan, dan lainnya. Apalagi kuliner kota Medan sangat dipengaruhi atau mengadopsi budaya luar yang kemudian menjadi budaya kuliner lokal seperti teh tarik, mie goreng khas Medan (mie balap), martabak telur dan lainnya.
Penggalian dan pengembangan kuliner khas daerah ini sangat perlu dilakukan agar Kota Medan semakin dikenal sebagai kota wisata kuliner. Hal tersebut agar dapat menjadikan Medan sebagai Ibu Kota Kuliner Indonesia. Dimana nantinya kita harapkan kuliner lokal yang merupakan bagian dari sub sektor industri kreatif dapat lebih ditingkatkan kualitas produknya, keragaman dan variasi produk, tampilan dari sisi kemasan serta presentasi produknya. Tentunya dengan menggali kearifan lokal yang sangat kaya dan beragam jika kita bersungguh-sungguh untuk menggalinya, demikian kata Ahmad Luthfi Hutasuhut sebagai pelaku industri kreatif sekaligus asesor kompetensi di bidang kopi dan barista.
Kearifan Lokal yang dimaksud seperti adat istiadat, sejarah dan unsur budaya lainnya sangat berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik wisata dari sisi kuliner. Berbagai rempah dan produk komoditi yang bersumber dari kekayaan alam di Sumatera Utara yang berpusat di Medan sebagai kota perdagangan seperti ; teh, kopi, andaliman, kelapa, kacang tanah, bawang merah, sayur mayur serta ikan teri sangat prospek untuk di eksplorasi dan ditingkatkan sebagai produk yang go international. Belum lagi jika komoditi itu dikaitkan dengan nilai sejarah yang menyertainya, tentunya akan sangat menarik dijadikan story telling dalam memasarkan berbagai olahan yang berbahan dasar produk komoditi itu. Belum lagi jika produk olahan kuliner tersebut dikemas dan dilakukan pemasarannya dengan menggunakan secara digital (digital marketing).
Medan memiliki potensi yang luar biasa dan tak kalah dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Asalkan diberi ruang apresiasi, dukungan fasilitas serta pengakuan dari stake holder, anak Medan sebenarnya mampu dan sudah terbukti banyak berhasil ke tingkat nasional maupun internasional. Sudah tidak perlu lagi keraguan soal kreatifitas dan prestasi anak Medan ini, baik dari sisi fashion, kriya apalagi kuliner. Banyak wisatawan Asia maupun Eropa yang merindukan kuliner lokal Kota Medan, seperti sate kerang, mie gomak, bika ambon, lontong Medan, durian dan lainnya yang hanya dapat kita nikmati di Kota Medan. Jadi sudah seharusnya, di kota Medan keberadaan Komite Ekonomi Kreatif dan Pariwisata yang sempat dibentuk beberapa waktu yang lalu diakui. Namun hal ini sepertinya kurang jelas pengakuannnya oleh dinas pariwisata dan dinas terkait lainnya, demikian kata Ahmad Luthfi Hutasuhut salah satu anggota Komite Eparekraf tersebut yang belum sempat dilantik.
Apabila bersungguh-sungguh, maka berapa banyak PAD dari industri kuliner ini yang dapat diterima oleh pemerintah kota sebagai salah satu stake holdernya. Asalkan digarap dengan lebih serius dengan melibatkan berbagai stake holder, maka potensi kuliner dengan kearifan local ini akan mampu bersaing dengan produk kuliner kota lain, tentunya dengan dukungan semua pihak seperti akademisi, praktisi pariwisata, pelaku budaya dan asosiasi terkait. Ahmad Luthfi Hutasuhut yang juga Dosen kewirausahaan dan pemasaran di STIM Sukma, selaku salah satu pembicara yang mendampingi Sandiaga Uno pada salah satu momen Kabupaten Kota Kreatif (Kata Kreatif) beberapa waktu lalu turut menyampaikan materi Peluang dan Strategi Bisnis Kuliner di Era Paska Pandemi. Dalam paparannya menyebutkan bahwa pelaku industry kuliner kota Medan dapat memanfaatkan ilmu pemasaran era 4.0 (digital marketing) seperti colabs dan co-exis dengan sesama pelaku industry kreatif dan tak lupa menggunakan pemasaran secara on-line dengan media digital yang banyak diberikan secara gratis saat ini. Sehingga kuliner local yang berbasis kearifan local dapat lebih dikenal secara nasional maupun international.
Semoga saja kedepannya, pemerintah kota Medan akan lebih serius mengembangkan kuliner khas yang berbasis kearifan lokal ini dengan program pemasaran yang lebih terencana dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai stake holder yang terkait agar kuliner kota Medan ini mampu menembus pasar dunia, minimal lebih dikenal di tingkat nasional. Bukan hanya dilakukan melalui even atau acara dadakan yang kurang diketahui masyarakat mengenai jadwal dan pelaksanaannya. Keterlibatan asosiasi atau komunitas yang berkaitan perlu dilakukan agar kualitas dan kompetensi acara lebih terarah dan terintegrasi.