“Seperti tahun sebelumnya, tidak semua pekerjaan dapat dituntaskan. Masih ada sisa pekerjaan yang menyeberang untuk diselesaikan di tahun berikutnya”.
Dan, setiap peristiwa yang dilalui mesti menjadi perenungan sekaligus pembelajaran bagi setiap diri. Apa yang telah di raih di 2022 lalu serta harapan yang ingin di capai pada tahun berikutnya.
Di 2023 ini, ekskalasi politik di prediksi bakal memanas sebelum pesta demokrasi lima tahunan yang dijadwalkan 2024 mendatang di gelar.
Pada tahun inilah, saatnya para figur berusaha menarik simpati massa pemilih. Berbagai upaya melalui sosialisasi dan pendekatan terhadap kelompok masyarakat tertentu dilakukan.
“Figur” yang ingin maju, akan lebih banyak melakukan kunjungan atau berdialog dengan masyarakat dan safari politik seperti itu, di nilai tepat untuk menaikkan angka elektabilitas mereka di mata publik.
Di titik ini, “mesin politik” yang bekerja mulai memanas. Setiap keputusan yang di buat, tentu ada hukum penawaran dan permintaan.
Dan, di setiap pergulatan untuk memenangkan “permainan politik”, harus ada “Taruhan” yang disiapkan.
Karena besarnya “Taruhan” yang mesti dipasang, akan menjadi pertimbangan bagi para pemain, untuk menang dengan segala cara walau harus melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Seperti kata pepatah lama “Pemenang akan mengambil semuanya dan bagi pecundang, akan kehilangan segalanya”.
Di situasi itu, kawan imajiner berujar sebagai rakyat, semoga perdebatan dan adu strategi untuk kemenangan politik para “figur” demi meraih “Relasi Kuasa” tidak membuat perpecahan di masyarakat.
Dia berharap, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dapat lebih jeli untuk melihat kecurangan peserta pemilu. Bagi KPU, sebagai penyelenggara pemilu bersikaplah arif dengan mengemban amanah yang di pikul itu dengan tanggung jawab.
Lalu, bagaimana dengan…YUD