“Bukan sebatas aroma, kenikmatan kopi juga ditentukan suasana. Kopi tidak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Dihadapan kopi, kita semua sama dan masalah rasa, tergantung siapa penikmatnya”
Di aula Resto dan Karaoke Mustika Queen, Jln. Kapten Mustofa, Kebun 4, Kotabumi Selatan, Rabu (11-12-23).
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lampung Utara, menggelar coffe morning bersama rekan jurnalis di kabupaten.
Kepala Dinas PUPR, Lampura yang baru di lantik, Kadarsyah, menyampaikan tujuan digelarnya acara sebagai ajang silaturahmi dan ramah tamah antara insan pers dan jajaran perangkat di dinas setempat.
“Kegiatan ini sebagai silaturahmi dan ramah tamah dengan para awak media” ujarnya.
Usai sambutan dan masuk sesi isoma, kawan imajiner berkata di coffe morning ini, ada banyak kepentingan bermain dengan berbagai alasan. Karenanya, kebijakan yang di ambil harus sesuai dengan nalar. Walaupun, setiap kebijakan tertentu tidak dapat memuaskan harapan bagi semua pihak dan sastra, bisa bersuara.
Dalam setiap benturan kepentingan ini, lanjutnya, secangkir kopi bisa memantik percakapan. Kopi selalu membawa kehangatan tersendiri dalam setiap perbincangan.
Menikmati kopi sudah menjadi ritual budaya. Setua prilaku KKN yang selalu ada.
Kisah secangkir kopi itu, membuat siapa pun sadar, karena ada pelajaran hidup didalamnya.
Kadang tertuang cerita manis, bisa pula pahit, tergantung penikmatnya.
Namun uniknya, bersama secangkir kopi, siapa pun selalu bisa melewati semua keadaan tersebut.
Rasa kopi, punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Sangat manusiawi, bila ada kelebihan pasti ada kekurangan.
Hal itu menegaskan, siapa pun harus punya sikap dalam hidup. Agar, tidak terpengaruh dan banyak cingcong tanpa punya kesalehan sosial.
Andaikan kehidupan adalah kopi, maka pekerjaan, harta dan kedudukan sosial adalah cangkir-cangkirnya.
Jadi, hal-hal itu hanyalah perkakas yang membungkus kehidupan. Adapun kehidupan (kopi) itu sendiri, ya tetap itu-itu saja, tidak berubah.
Tetapi, banyak yang tergiur akan cangkir-cangkir yang mewah sambil terus berusaha mencermati cangkir yang di pegang orang lain.
Saat konsentrasi tersedot kepada cangkir, maka saat itu pula akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kopi.
Manusiawi sih sebenarnya, tutur kawan imajiner. Setiap insan berusaha mendapatkan hal yang paling istimewa dalam hidupnya. Namun, bila di kejar tanpa kendali, hal itu menjadikan hati gelisah.
Karenanya, menikmati secangkir kopi, yang penting “substansi” bukan “reaksi”. Sebab, pada secangkir kopi, tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam menetapkan rasa.
Karena itu, jangan terlalu memperhatikan cangkir, tetapi nikmatilah kopi tanpa harus dikapitalisasi…YUD