Cianjur-Sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang mulai dari pengusaha, budayawan, pengusaha UMKM, akademisi hingga politisi berkumpul di Pendopo Ageung Tumaritis Cianjur, akhir pekan ini.
Lokatmala Nite yang diinisiasi Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation membedah kebekuan ruang batin publik setelah dua tahun dunia harus bergelut dengan pandemi Covid-19.
Wakil Bupati Cianjur, TB Mulyana Syahrudin, saat memberikan sambutan dalam acara yang diisi pentas musik tradisional Cianjuran, tari dan pembacaan puisi ini, mengatakan, Lokatmala Nite merupakan sebuah Gerakan Kebudayaan yang patut diapresiasi oleh pemerintah. Kehadirannya telah membawa gairah bagi perkembangan seni budaya di daerah, khususnya di Kabupaten Cianjur.
“Kita memiliki undang-undang tentang kebudayaan nasional yakni Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan sebagai acuan legal-formal untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Sebab itu kehadiran Lokatmala Nite yang diprakarsai oleh Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia adalah ekspresi pelaksanaan UU tersebut yang patut kita dukung,” kata TB Mulyana Syahrudin yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Cianjur itu.
Ratusan tamu undangan nampak antusias menyaksikan berbagai suguhan menarik yang ditampilkan para penari tampan nan jelita serta pemetik kecapi suling mamaos Cianjuran yang diramu sajian pembacaan puisi oleh Dika Dzikriawan. Kehadiran Maman Imanul Haq, Anggota DPR-RI yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka yang menyampaikan Orasi Kebudayaan di malam itu membuat suasana makin seru dan khidmat.
Menurut TB Mulyana, Undang-undang Pemajuan Kebudayaan adalah jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia: menjadi masyarakat berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik.
“Lokatmala Foundation, sesuai dengan semangat para pendiri dan inisiatornya didirikan untuk menjadi sarana bagi pembelajaran, pengembangan dan pelestarian kebudayaan bangsa dalam arti seluas-luasnya melalui kegiatan seni pertunjukan, aksi kemanusiaan dan pendidikan,” papar TB Mulyana.
Sesuai dengan UU Nomor Tahun 2017, kata Mulyana, kehadiran lembaga kreatif inovatif yang bertumpu pada jejak kebudayaan seperti Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia sangat dibutuhkan.
“Selaku pribadi dan atas nama Pemerintah Kabupaten Cianjur saya menyambut baik didirikannya Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia ini. Semoga semakin memberikan kontribusi bagi pemajuan kebudayaan di tanah air. Termasuk pemajuan kebudayaan di Kabupaten Cianjur,” sambungnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Wina Rezky Agustina, menjelaskan,Lokatmala Foundation yang didirikan untuk membangun pembelajaran, pengembangan dan pelestarian kebudayaan bangsa dalam arti seluas-luasnya melalui kegiatan seni pertunjukan, aksi kemanusiaan dan pendidikan.
“Sungguh, malam ini telah membuat kami dari Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia merasa sangat spesial dan terhormat, karena kehadiran Bapak/Ibu dan teman-teman di sini. Ini menjadi sebuah energi bagi kami yang baru lahir dengan segenap harap tak terbatas,” kata Wina yang juga dikenal sebagai koreografi dan penari terkemuka itu disambut tepuk tangan hadirin.
Ibarat bayi, kata Wina, Lokatmala, belum bisa apa-apa, untuk sekadar bergerak dan bersuara pun masih membutuhkan bantuan tangan dan kasih sayang dari orang-orang baik yang ada di sekelilingnya. “Dan orang baik yang menuntun kami, membimbing dan mendorong kami untuk tumbuh mencapai visi dan harapan serta cita-cita besar itu tiada lain adalah Bapak/Ibu sekalian, yang hadir dan ada di sini, saat ini. Terima kasih untuk semuanya,” sebutnya.
Wina menuturkan, banyak yang bertanya, apa itu Lokatmala Foundation dan kenapa nama Foundation ini dinamakan Lokatmala?
“Lokatmala artinya adalah bunga namun bunga langka, yakni bunga Edelweiss yang hanya ada di puncak gunung-gunung tinggi. Tak ada Eledweis yang tumbuh di dataran rendah. Kalaupun ada, pasti itu Edelweis plastik atau Edelwies yang dikeringkan,” terangnya.
Edelweis, sebut Wina, sering dimaknai sebagai ketenaran, ketenangan, mulia dan abadi. Namun bila tulisannya dipisah menjadi Lokat dan Mala mengandung arti membersihkan (lokat) sedangkan Mala artinya bencana, wabah atau sesuatu yang tidak baik atau buruk. Jadi Lokat Mala memiliki arti secara harfiah yakni membersihkan diri dari bencana, wabah atau hal-hal yang tidak baik atau buruk.
“Lirik (rumpaka) Tembang Sunda Cianjuran (mamaos), Lokat Mala, karya Bakang Abubakar (1980) yang menceritakan tentang keindahan alam Gunung Gede Pangrango, telah menginspirasi betapa romantik dan refleksi kehidupan penuh kesadaran, pemenuhan ruang batin, sekaligus penuh ekspresi telah melahirkan kesadaran tanpa batas bagi upaya pemaknaan diri,” papar Wina yang dalam pidatonya sesekali menyelipkan tembang mamaos Cianjuran yang dinyanyikannya sendiri dengan iringan musik secara live.
“Itulah jalan kebudayaan yang senantiasa diperjuangkan oleh Lokatmala Foundation, hari ini juga nanti,” sambung Wina disambut riuh hadirin.
Tembang itu, jelas Wina, telah menginspirasi dan membangun gairah bagi pertumbuhan dan perjumpaan kebudayaan bagi dirinya selaku salah satu pendiri Lokatmala Foundation.
“Ibarat usai silanglang di batu dongdang, energi baru merekah berkah sehingga siapa pun yang mencapainya segan pulang sebelum membawa mustika itu dimanapun. Dan mustika itu adalah kepribadian bangsa yang terurai dalam ragam budaya yang agung yang dimiliki bangsa ini,” tambah Wina.
Ia berharap kehadiran Lokatmala bisa memantik kreativitas baru dan menularkannya kepada yang lain. Menjadi virus positif untuk tumbuhnya jejaring kekuatan baru dalam derap langkah kebudayaan yang kadang terseok karena nihilnya keberpihakan kita pada jati diri bangsa yang sesungguhnya.
“Saatnya kita membangun karya. Karya yang bisa kita kerjakan meskipun dalam ritmis kecil dan temaram lilin kemasygulan. Kita terus bekerja untuk kebudayaan dengan jalan lurus kesungguhan. Malam ini kami mulai dengan Bismillah, dan doakan kami mencapainya!,” pintanya. ***