Lampung Utara (BI):
“Bila merujuk ensiklopedi, fenomena terjadinya air terjun karena formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian”.
Pemahaman itu, adalah salah satu cabang keilmuan pada pelajaran ilmu geologi yang disampaikan di sekolah dan kisah yang disajikan pada tulisan ini, bukan mengulas cabang keilmuan tersebut beserta pernak-perniknya. Tapi, ulasan tentang keelokan fenomena alam air terjun Curup Selampung di Kabupaten Lampung Utara yang dapat menjadi salah satu rujukan destinasi wisata untuk dikunjungi.
Bagi pengunjung yang akan menuju lokasi dari Kotabumi, mesti menempuh jarak sekitar 35 km melalui jalan Lintas Tengah Sumatra menuju Dusun Olak Nila, Desa Gunung Betuah, Kecamatan Abung Barat. Dengan lama perjalanan berkisar 40 menit.
“Walau dengan penataan alakadarnya, keringat kami mulai terbayar dengan kedatangan pengunjung antara tiga sampai lima orang yang rata-rata datang setiap Sabtu dan Minggu”
Sebelum mencapai titik tujuan, sepanjang perjalanan pengunjung akan disuguhi keasrian alam dan bentangan rimbunnya pepohonan yang menyejukkan mata.
Di lokasi, pengunjung di hibur dengan pemandangan dua air terjun yang letaknya berseberangan. Air terjun pertama berketinggian 7 meter dan lebar penampangan air 10 meter. Sedangkan, air terjun ke dua lebih tinggi sekitar 10 meter dengan lebar penampangan air hanya 1 meter. Lebar penampangan air itu, dapat berubah tergantung dari besarnya limpasan debit air yang mengalir.
Menurut penuturan warga, di air terjun pertama, ada dua goa yang letaknya tersembunyi di balik limpasan air yang turun. Hanya saja, karena erosi sebagian lubang goa tertutup tanah dan bebatuan sehingga sulit untuk dilalui pengunjung yang ingin mengetahui keunikan isi goa tersebut.
Sayang, fenomena keindahan alam air terjun Curup Selampung, tidak di dukung dengan fasilitas yang memadai. Seperti tangga untuk turun menuju lokasi yang masih berupa tangga kayu yang di buat masyarakat setempat. Selain itu, belum ada fasilitas MCK yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati kesegaran air mengalir di Curup Selampung.
Kepala Desa Gunung Betuah, Kecamatan Abung Barat, Murni, di lokasi, beberapa hari lalu mengatakan sebelumnya, kondisi areal di sekitar obyek wisata terbelengkalai tanpa perawatan. Seiring dengan perkembangan zaman, warga menilai kawasan itu memiliki potensi wisata yang layak dikembangkan dan dapat menjadi sumber pendapatan asli desa (PAD) sekaligus mendorong kesejahteraan bagi warga desa setempat.
Dengan pertimbangan itu, perawatan obyek wisata mulai dilakukan secara swadaya. Seperti pembersihan batang kayu yang roboh karena longsoran tanah pasca hujan deras sampai pembersihan jalan masuk menuju lokasi wisata.
Selain itu, berbagai fasilitas di obyek wisata yang disiapkan dikerjakan secara darurat. Misalnya: pembuatan tangga masuk untuk turun ke lokasi dan gasebo bagi wisatawan beristirahat.
Untuk pembersihan serta perawatan, pihak desa bersama masyarakat melakukan gotong royong secara terjadwal.
“Walau dengan penataan alakadarnya, keringat kami mulai terbayar dengan kedatangan pengunjung antara tiga sampai lima orang yang rata-rata datang setiap Sabtu dan Minggu” kata dia kembali.
Di tempat yang sama, Sekretaris Desa Gunung Betuah, Sartono menuturkan nama Curup Selampung di ambil dari nama sesepuh Desa Gunung Betuah. Keberadaan kawasan itu, memiliki nilai bagi warga desa sebagai sumber pengairan di lahan pertanian. Dengan tambahan sentuhan Pemerintah Daerah maupun Provinsi Lampung, maka manfaat kawasan dapat lebih dirasakan bagi warga desa.
“Kami sebagai warga berharap, dengan turutnya pemerintah membangun fasilitas di air terjun Curup Selampung. Maka, pemanfaatan yang sebelumnya sebatas sumber pengairan dapat lebih ditingkatkan sehingga akan mendorong ekonomi kreatif warga baik di bidang jasa maupun perdagangan sebagai nilai tambah penghasilan keluarga. Dengan itu, peningkatan kesejahteraan dapat dirasakan bagi warga desa kami” tuturnya kembali. YUD